Rabu, 06 Juni 2012

RESPON ORANGTUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR

1. RESPON ORANG 


A.    DUA KOMPONEN PROSES MENJADI ORANG TUA
Stelle & Pollack (1986) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama bersifat praktis dan mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik ; komponen kedua bersifat emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif.
1.             Keterampilan Kognitif-Motorik
          Aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong, mengenakan pakaian, membersihkan bayi, dan menjaganya dari bahaya.
2.             Keterampilan Kognitif-Afektif

Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif.

Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
  1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
  2. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
  3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
  4. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.

Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
  1. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan.
  2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
  3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang mendapat perhatian.
  4. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
  5. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
  6. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:
  1. Perilaku memfasilitasi.
  2. Perilaku penghambat.

Perilaku Memfasilitasi
  1. Menatap, mencari ciri khas anak.
  2. Kontak mata.
  3. Memberikan perhatian.
  4. Menganggap anak sebagai individu yang unik.
  5. Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
  6. Memberikan senyuman.
  7. Berbicara/bernyanyi.
  8. Menunjukkan kebanggaan pada anak.
  9. Mengajak anak pada acara keluarga.
  10. Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
  11. Bereaksi positif terhadap perilaku anak.

Perilaku Penghambat
  1. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak.
  2. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak.
  3. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
  4. Tidak menggenggam jarinya.
  5. Terburu-buru dalam menyusui.
  6. Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
  1. Faktor internal.
  2. Faktor eksternal.

Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan.

Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.

Kondisi yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
  1. Kurang kasih sayang.
  2. Persaingan tugas orang tua.
  3. Pengalaman melahirkan.
  4. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
  5. Cemas tentang biaya.
  6. Kelainan pada bayi.
  7. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
  8. Tangisan bayi.
  9. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
  10. Gelisah tentang kenormalan bayi.
  11. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
  12. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
Respon Antara Ibu dan Bayi Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya
1.             Touch (Sentuhan). Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan sebagai usapan lembut untuk menenangkan bayi.
2.             Eye to Eye Contact (Kontak Mata). Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
3.             Odor (Bau Badan). Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu.
4.             Bodi Warm (Kehangatan Tubuh). Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi yaitu terjadinya kontak kulit yang membantu agar si bayi tetap hangat.
5.             Voice (Suara). Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh sairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
6.             Entrainment (Gaya Bahasa). Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
7.             Biorhythmicity (Irama Kehidupan). Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.

B.            FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON ORANG TUA
Cara orang tua berespon terhadap kelahiran anaknya dipengaruhi berbagai faktor :
1)      Usia maternal lebih dari 35 tahun
Beberapa ibu yang telah berusia merasa bahwa merawat bayi baru lahir melelahkan secara fisik. Tindakan yang bertujuan membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dan tonus otot seperti latihan senam prenatal dan pasca partm sangat dianjurkan.
2)      Jaringan sosial
Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda. Multi para dapat lebih mudah beradaptasi terhadap peran, sedangkan primipara memerlukan dukungan yang lebih besar. Jaringan sosial dapat memberikan dukungan, diamana orang tua dapat meminta bantuan. Orang tua, keluarga mertua, yang membantu urusan rumah tangga dapat memberikan kritikan dan dihargai.
3)      Budaya
Budaya mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi, demikian juga dengan orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi. Contohnya: wanita Vietnam hampir tidak mau merawat bayinya, menolak untuk menggendong bayinya. Penampakan luar yang sepertinya tidak ada perhatian terhadap bayi baru lahir dalam kelompok budaya mereka ialah upaya untuk menjauhkan roh-roh jahat. Dalam kepercayaan wanita ini justru sangat mengasihi dan khawatir terhadap keselamatan bayinya.
4)      Kondisi Sosio ekonomi
Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban keuangan. Keluarga yang menemukan kelahiran seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami peningkatan stres. Stress ini mengganggu perilaku orang tua sehingga membuat masa transisi menjadi orang tua lebih sulit.
5)      Aspirasi Personal
Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi atau kemajuan karir mereka. Kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan jabatan, misalnya akan berdampak pada cara merawat dan mengasuh bayinya dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya. Atau sebaliknya, hal tersebut membuat mereka menunjukkan rasa khawatir yang berlebihan atau menetapkan standar yang tinggi terhadap diri mereka dalam memberi perawatan.

2. BOUNDING ATTACHMENT

Bonding attachment / keterikatan awal / ikatan batin adalah suatu  proses sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Bagian penting dari ikatan ialah perkenalan (Klaus, Kennel, 1982). Orang tua melakukan kontak mata, menyentuh, dan berbicara. Selama periode ini, keluarga mencari identifikasi bayinya melalui proses klaim. Mula-mula anak akan dicari kesamaannya dengan anggota keluarganya, kemudian perbedaannya, dan akhirnya keunikannya.
Ikatan diperkuat melalui penggunaan respon sensual atau kemampuan kedua pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-anak.

Pengertian Bounding Attachment
  1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
  2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
  3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
  4. Bennet dan Brown (1999), bounding:  terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
  5. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
  6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
  7. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
  8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
  9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
  10. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.

Tahap-Tahap Bounding Attachment
  1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, erbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
  2. Bounding (keterikatan)
  3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.



Elemen-Elemen Bounding Attachment
  1. Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
  2. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.
  3. Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
  4. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik; Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
  5. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
  6. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
  7. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak.

Beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
  1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
  2. Reflek menghisap dilakukan dini.
  3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
  4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).

Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
  1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
  2. Sentuhan orang tua pertama kali.
  3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
  4. Kesehatan emosional orang tua.
  5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
  6. Persiapan PNC sebelumnya.
  7. Adaptasi.
  8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
  9. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
  10. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
  11. Penekanan pada hal-hal positif.
  12. Perawat maternitas khusus (bidan).
  13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
  14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

Keuntungan Bounding Attachment
  1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
  2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
Hambatan Bounding Attachment
  1. Kurangnya support sistem.
  2. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
  3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
  4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
3. SIBLING RIVALRY
Sibling Rivalry adalah perasaan cemburu atau menjadi pesaing dengan bayi atau saudara kandung yang baru dilahirkan.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Sibling Rivalry antara lain :
1.       Informasikan kehamilan, dengan memperkenalkan kakaknya kepada bayi didalam kandungan, libatkan dia dalam kehamilan seperti : mengantar ke dokter, belanja baju bayi dll.
2.       Jujurlah soal perubahan fisik dan mental seperti gampang lelah, disertai minta maaf karena tidak bisa mengendongnya sesuka hati
3.       Dihari-hari pertama kelahiran bayi bersikaplah sewajarnya seperti biasanya dan libatkan ia dalam menyambut tamu dan tugas-tugas ringan perawatan bayi.

REFERENSI

1.             Bobak et all. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC. Jakarta. 2004.
2.             Pusdiknakes. Asuhan Kebidanan Pospartum. WHO, JHPIEGO. Jakarta. 2004. 
3.             Ambarwati. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia; 2008
4.             Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC;2009
5.             Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009
6.             Suherni.. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2007


Tidak ada komentar:

Posting Komentar