|
Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas
|
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
|
|
SUB
POKOK BAHASAN
1. Perubahan sistem reproduksi
2. Perubahan sistem pencernaan
3. Perubahan sistem perkemihan
4. Perubahan sistem
musculoskeletal/diastasis rectie abdominis
5. Perubahan sistem endokrin
6. Perubahan tanda-tanda vital
7. Perubahan sistem kardiovaskuler
8. Perubahan sistem hemotologi
|
1.
Saifudin, Abdul
Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
2.
Ambarwati, 2008.
Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
3.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin
Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC, Jakarta.
4.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri,
Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
5.
Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111,
Cetakan 4, YBS — SP; 1999.
1. SISTEM REPRODUKSI
|
Perubahan fisiologis terjadi sejak
hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik yang terjadi adalah :
Pada masa nifas, alat genetalia
external dan internal akan berangsur– angsur pulih seperti keadaan sebelum
hamil.
a.
Corpus uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur –
angsur menjadi kecil sampai akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi
fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table:
No.
|
Waktu Involusi
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Berat Uterus
|
|
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Bayi Lahir
Plasenta lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu
|
Setinggi Pusat
Dua jari bawah pusat
Pertengahan pusat-simfisis
Tidak teraba di atas Simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
|
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
|
|
||
Gambar Proses Involusi Uterus
b. Endometrium
Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya
trombosis degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.
Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Hari II :
Permukaan mulai rata akibat lepasnya
sel – sel dibagian yang mengalami degenerasi.
c. Involusi tempat plasenta.
Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan
luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta
lahir, penonjolan tersebut dengan diameter ± 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5
cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.
d. Perubahan pada pembuluh darah uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar
darah dari dan ke uterus khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar
setelah post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada
uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta
lahir.
e. Perubahan servix
Segera setelah post partum, servix agak menganga
seperti corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix
tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri
berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman karena pembuluh
darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa
masih dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat
dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.
f. Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong
berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu
ke – 3 post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac
mirtiformis.
g. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir
berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari
pada kondisi sebelum hamil.
Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang
terjadi pada organ, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas
kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan
lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi.
Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan
yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi
dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang
sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.
2. PERUBAHAN
SISTEM PENCERNAAN
|
a.
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan
pada 1-2 jam setelah bersalin. Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal
puerperium akibat dari kurangnya makanan padat dan pengendalian diri terhadap
BAB. Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB karena kurang pengetahuan
dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.
b.
Buang air besar secara spontan bisa
tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang makan, atau dehidrasi.
Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya
di perineum akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air
yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.
3. PERUBAHAN
SISTEM PERKEMIHAN
PERUBAHAN
SISTEM PERKEMIHAN
|
1.
Terjadi diuresis yang sangat banyak
dalam hari-hari pertama puerperium. Diuresis yang banyak mulai segera setelah
persalinan sampai 5 hari postpartum. Empat puluh persen ibu postpartum tidak
mempunyai proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari kedua
postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi.
2.
Dinding saluran kencing memperlihatkan
oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedema dari trigonum, menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam
puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung
kencing poenuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine
ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum,
normal kembali dalam waktu 2 minggu.
4. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
|
1.
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang
terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi
lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.
2.
Dinding abdominal lembek setelah proses
persalinan karena peregangan selama kehamilan. Semua wanita puerperal mempunyai
beberapa derajat tingkat diastasis recti, yang merupakan separasi dari otot
rectus abdomen. Berapa parah diastasis ini adalah tergantung pada sejumlah
faktor termasuk kondisi umum wanita dan tonus otot, apakah wanita berlatih
dengan setia untuk memperoleh kembali kesamaan otot abdominalnya, pengaturan
jarak kehamilan (apakah dia mempunyai waktu untuk memperoleh kembali tonus
ototnya sebelum kehamilan selanjutnya) dan apakah kehamilannya mengalami
overdistensi abdomen seperti kehamilan ganda.
3.
Sakit punggung Biasanya pada persalinan
lama dan sulit ibu akan merasakan lelah dan ngilu pada punggung bawah atau
mungkin juga timbul ketegangan & rasa tdk nyaman pada punggung bagian atas,
leher, dan bahu krn terus-menerus dalam posisi mendorong dalam waktu lama. Rasa nyeri pada tulang ekor juga bisa timbul
krn adanya memar/retak y timbul karena penekanan tulang belakang ibu oleh
bagian belakang kepala bayi pada presentasi posterior. Rasa nyeri pada tulang
punggung juga bisa timbul setelah pembiusan epidural.
5. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
|
a). Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula
pituitary posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada
waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
b). Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan
prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula pituitary anterior bereaksi terhadap
alveoli dari payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui
kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam
ovarium ditekan.
c). HCG,
HPL, Estrogen, dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding
uterus dan lahir, tingkat hormone HCG, HPL, estrogen, dan progesterone di dalam
darah ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.
-
Tabel Perubahan
Sistem Endokrin pada Masa Nifas
Hormon
|
Perubahan Yang Terjadi
|
Keadaan Terendah
|
Hormon Placental Lactogen
|
Menurun
|
24 jam
|
Estrogen
|
Menurun
|
Hari ke-7
|
Progesteron
|
Menurun
|
Hari ke-7
|
FSH
|
Menurun
|
Hari ke 10-12
|
LH
|
Menurun
|
Hari ke 10-12
|
Prolaktin
|
Menurun
|
Hari ke-14
|
6. PERUBAHAN
TANDA-TANDA VITAL
|
Table
perubahan tanda-tanda vital sebagai berikut :
No.
|
Tanda – Tanda Vital
|
1.
2.
3.
4.
|
Temperatur
Temperatur kembali ke normal dari
sedikit peningkatan selama periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24
jam pertama postpartum Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38
derajat celsius sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam
wanita tidak harus demam.
Denyut nadi
Nadi dalam keadaan normal selama
masa nifas kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan
kehilangan darah yang berlebihan. Setiap denyut nadi di atas 100 x/menit
selama masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi atau
haemoragic post partum. Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam
pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang
tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut
nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam
rentang normal sebelum melahirkan.
Tekanan Darah
Seharusnya stabil dalam kondisi
normal, sedikit berubah atau menetap.
|
7. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
|
Sistem
kardiovaskuler
Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi
bradikardi 50-70 x/menit, keadaan ini dianggap normal pada 24-48 jam pertama.
Penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg pada saat klien merubah posisi dari
berbaring ke duduk lebih disebabkan oleh reflek ortostatik hipertensi. Normalnya selama beberapa hari pertama
setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang.
Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat
sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup
banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati
seperti jumlah darah waktu tidak hamil
yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal seperti
keadaan tidak hamil.(Saifuddin, 2002).
8. PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI
|
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun, tetapi darah akan mengental sehinggakatkan faktor meningkatkan faktor
pembekuan darah. Leukositosis dengan jumlah sel darah putih mencapai 15.000 dan
sampai 25.000 – 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan lama.
Jumlah Hb, Hmt, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal masa post
partum sebagai akibat dari volume darah yang berubah- ubah. Semua tingkatan
dipengaruhi oleh status gizi wanita tersebut. Selama proses kelahiran
diperkirakan kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan disosialisasikan dengan peningkatan Hnt
dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal
dalam 4-5 minggu post partum.
Perubahan
komponen darah
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlahsel darah
putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi,
namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanyanakan kembali lagi pada
keadaan semula. Curah jantung dan jumlah darah yang dipompakan oleh jantung
akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada
keadaan normal.
EVALUASI
|
1.
Berat uterus
pada 2 minggu masa nifas adalah:
- ± 50 gram
- ± 100 gram
- ± 150 gram
- ± 250 gram
- ± 300 gram
2.
Di bawah ini
adalah hormon yang berpengaruh pada sistem endokrin, kecuali :
- Oksitosin
- Estrogen
- Progesteron
- HCG
E. Gonadotropin
3.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang
mempercepat penurunan berat badan pada masa nifas, kecuali :
- Status pernikahan
- Primiparitas
- Merokok
- Peningkatan berat badan selama hamil
- Wanita yang bekerja kembali di luar rumah
4. Hyperpigmentasi kulit pada dinding perut
yang berwarna putih mengkilap di sebut :
A. Striae Livida
B. Striae Albikan
C. Striae
Gravidarum
D. Linea Nigra
E. Linea Albikan
5. Yang tidak termasuk lochea
fisiologis adalah:
A. Lochea
pirulenta
B. Lochea
alba
C. Lochea
rubra
D. Lochea
serosa
E. Lochea
sanguilenta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar