Rabu, 27 Juni 2012

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS SOLUSIO PLASENTA


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi, yaitu AKI 334/100.000 kelahiran hidup, dan AKB 21,8/10.000 kelahiran hidup. Kasus kematian maternal tahun 2010 di Kota Padang sebanyak 15/16.492 kelahiran hidup, sedikit meninkat dibanding tahun 2009 sebanyak 14 orang/16.486 kelahiran hidup dan sama dengan tahun 2008 kasus Kematian Ibu terdapat 15 orang yang meninggal dari 15.693 kelahiran. Namun, secara persentase terjadi penuruna kasus kematian karena jumlah kelahiran hidup yang lebih banyak pada taun 2010 (Profil Kesehatan Sumbar 2011).
Selain itu intervensi dalam Save Motherhood melakukan pendekatan dengan menganggap semua kehamilan beresiko, dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses pertolongan persalinan yang aman. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami resiko tinggi dan komplikasi Obstetrik yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan baik (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan Neonatal, 2002).
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu diperkirakan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Sebagian perdarahan pada solusio plasenta biasanya merembes sendiri diantara selaput ketuban dan uterus, kemudian mengalir keluar lewat serviks dan terlihat dari luar sehingga terjadi perdarahan eksternal. Bisa juga darah tidak mengalir keluar, tetapi tetap tertahan diantara bagian plasenta yang terlepas dan uterus sehingga terjadi perdarahan tersembunyi. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menngandung ancaman bahaya yang jauh lebih besar terhadap keselamatan jiwa ibu, dan ini bukan hanya terjadi akibat peningkatan kemungkinan terjadinya koagulopati konsumtif yang berat, tetapi juga akibat luasnya perdarahan yang tidak disadari.
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpusuteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zatnutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalammasa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitassolusio plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka kematioan perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir matiakibat kausa lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap menonjol.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilahsebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalamkeadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperansebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas danmakin bertambahnya usia ibu

B.     Tujuan
a.       Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan solusio plasenta.
b.      Mampu melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan data pasien dengan solusio plasenta.
c.       Mampu menginterpretasikan secara benar masalah atau diagnosa berdasarkan data-data pasien dengan solusio plasenta tersebut.
d.      Mampu mengidentifikasi diagnose potensial yang mungkin terjadi pada pasien dengan solusio plasenta.
e.       Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi dan rujukan pada pasien dengan solusio plasenta.
f.       Mampu merancanakan asuhan rasional sesuai dengan kebutuhan pasien dengan solusio plsenta.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Defenisi
            Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation plasentae,abruption plasentae,accidental haemorrhage dan premature separation of the normally implanted plasenta.
        Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
B.     Klasifikasi
·         Menurut derajat lepasnya plasenta:
1.       Solusio plasenta parsialis
Bila hanya sebagian saja plsenta terlepas dari tempat perlekatannya.
2.   Solusio plasenta totalis (komplet)
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
3.  Kadang-kadang plasenta ini turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan          dalam,disebut prolapsus plasenta
·         menurut tingkat gejala klinik menjadi ringan, sedang, dan berat.
·         menurut penyebabnya:
1.      Non toksik:
      Biasanya ringan dan terjadinya sewaktu partus
2.      Toksik:
      Lebih parah, terjadinya biasanya pada kehamilan trimester ketiga, dan disertai     kelainan-kelainan organik.
C.     Etiologi

Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum diketahui, hanya para ahli mengemukakan teori:
Akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju keruangan interviler, maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrotis, spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi hematoma yang lambat laut melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul di belakang plasenta disebut hematoma retoplasenter.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:
1)      factor vaskuler (80-90 %), yaitu toksemia gravidarum, glomerulonefritis kronika, dan hipertensi esensial.
Karena desakan darah tinggi, maka pembuluh darah mudah pecah, kemudian terjadi haematom retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas.
2)      Faktor trauma:
o   Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidramnion dan gemeli.
o   Tarikkan pada tali pusat yang pendekakibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar, atau pertolongan persalinan.
3)       Faktor paritas.
Lebih banyak dijumpai pada milti dari pada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 milti dan 18 primi.
4)      Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava inferior, dan lain-lain.
5)      Trauma langsung seperti jatuh, kena tendangan dan lain-lain.



D.    Gejala-gejala

Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his 
·         Anemia dan shock :  beratnya anemia dan shock sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
·         Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus en bois)
·         Palpasi sukar karena rahim keras
·         Fundus uteri makin lama makin naik
·         Bunyi jantung biasanya tidak ada
·         Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah)
·         Sering ada proteinuria karena disertai toxemia
·         Diagnosis didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya impresi (cekungan) pada permukaan maternal placenta akibat tekanan haematoma retroplacentair
·         Perdarahan dan shock diobati dengan pengosongan rahim segera mungkin hingga dengan kontraksi dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti. Persalinan dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan oxytocin.

Jadi pada solusio plasenta pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk hentikan perdarahan dengan segera seperti pada placenta previa tapi untuk mempercepat persalinan dengan pemecahan ketuban regangan dinding rahim berkurang dan kontraksi rahim menjadi lebih baik, disamping tindakan tersebut transfusi sangat penting (Winkjosastro, 2005).


E.     Manifestasi Klinis
ü  Gejala Utama
Perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dengan uterus yang terasa nyeri dan tegang.
ü  Gambaran klinik
Perdarahan yang timbul akibat solusio plasenta lebih sering terjadi pada triwula ketiga kehamilan. Penampilan klinik solusio plasenta dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
·         Solusio plasenta ringan:
ari-ari terlepas sebagian kecil. Ditunjukkan dengan gejala perut sedikit nyeri, rahim mulai menegang dan keluar darah agak kehitaman
·         Solusio plasenta sedang:
seperempat bagian ari-ari telah terlepas. Perut akan nyeri, rahim tak berhenti menegang dan pendarahan dari vagina. Mungkin darahnya tidak banyak tapi sebenarnya pendarahan hebat terjadi di dalam tubuh sekitar 1.000 ml. Ibu hamil akan syok kehilangan kesadaran serta kemungkinan janin meninggal. Jika janin masih hidup, kondisinya sudah gawat.
·         Solusio plasenta :
berat lebih dari duapertiga bagian ari-ari telah terlepas. Perut akan sangat tegang dan sangat nyeri. Ibu hamil syok dan janin sudah meninggal. Pendarahan kemungkinan tidak sampai keluar karena sudah terjadi pembekuan darah di dalam tubuh.
Solusio plasenta yang ringan, pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, perdarahan antepartum hanya sedikit, dalam hal ini diagnosis baru kita tegakkan setelah anak lahir. Pada plasenta kita dapat koagulum-koagulum darah dan krater.
Pada keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis berdasarkan:
a.       Anamnesis
o   Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut; kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang paling sekit, dimana plasenta terlepas.
o   Perdarahan pervaginam yang bersifat bisa hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuandarah.
o   Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
o   Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
o   Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan dan faktor kausal yang lain.
b.      Inspeksi
o   Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan .
o   Pucat, sianosis, keringat dingin.
o   Kelihatan darah keluar pervaginam
c.       Palpasi
o   Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
o   Uterus teraba tegang dank eras seperti papan yang disebut uterus in bois (woodenuterus) baik waktu his maupun diluar his.
o   Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
·         Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.


d.     Auskultasi
Sulit karena uterus tagang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140, kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
e.       Pemeriksaan dalam
o   Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
o   Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun diluar his.
o   Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.
f.      Pemeriksaan umum
o   Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
o   Nadi cepat, kecil, dan filiformis.
g.     Pemeriksaan laboratorium
o   Urin
Albumin (+); pada pemeriksaan sediment terdapat silinder dan lekosit.
o   Darah
Hb menurun (anemia), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah atau hipofibrionogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap 1 jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg%)

h.      Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanys. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.

F.      Perdarahan pada Solusio Plasenta
Perdarahan pada solusio plasenta bisa mengakibatkan darah hanya ada di belakang plasenta (hematoma retroplasenter); darah tinggal saja didalam rahim yang disebut internal haemorrhage (concealed haemorrhage); masuk merembes ke dalam amnion; atau keluar melalui vagina (antara) selaput ketuban dengan dinding uterus), yang disebut external haemorrhage (revealed haemorrhage).
Jika solusio plasenta lebih berat dapat terjadi couvelair uterus (apopleksi uteroplasenter). Dalam hal ini darah merembes memasuki otot-otot rahim sampai kenawah serosa, bahkan kadang-kadang sampai ke ligamentum latum dan melalui tuba masuk kerongga panggul. Uterus kelihatan lebih besar, dinding uterus penuh dengan bintik-bintik merah hematoma dari kecil sampai besar.
Ada 2 bentuk Couvelair Uterus, yaitu:
a.       Couvelair Uterus dengan kontraksi uterus baik.
b.      Couvelair Uterus dengan kontraksi uterus jelek, sehingga terjadi perdarahan postpartum.

Couvelair Uterus terjadi karena berbagai teori, antara lain vasospasme, perubahan-perubahan toksik, adanya hematoma retroplasenter yang hebat, uterus yang terlalu regang atau a/hipofibrinogenemia. Hal-hal tersebut menyebabkan pembuluh darah dinding uturus pecah.


G.    Diagnosis Banding
·         Solusio plasenta
·         Plasenta previa
·         Rupture uteri

H.    Komplikasi
a)      Langsung (immediate)
·         Perdarahan
·         Infeksi
·         Emboli dan Syok obstetric
b)      Komplikasi tidak langsung (delayed)
·         Couvelair uterus, sehingga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan postpartum
·         a/hipo-fibrinogenemia dengan perdarahan postpartum
·         nekrosis korteks renalis, menyababkan anuria dan uremia
·         kerusakan-kerusakan argan seperti hati, hipofisis dan lain-lain.

I.       Patofisologi Solusio Plasenta
Pada saat implantasi, terjadi migrasi atau ekspansi sel dan jaringan interstitial trofoblas untuk menggantikan endotelium pembuluh darah dalm desidua sehingga aliran darah menuju retroplasenter untuk tumbuh-kembang janin terjamin.
           Kelanjutan dari migrasi atau pergantian ini dilanjutkan pada trimester kedua, menuju pembuluh darah dalam miometrium, dengan tujuan sama, yaitu agar aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi terjamin/ pada hipertensi dalam kehamilan, proses pada trimester kedua todak terjadi, sehingga kontraksi Braxton Hicks yang makin sering menimbulkan iskemia pada utero-plasenta yang selanjutnya menimbulkan mata rantai klinis dengan manifestasinya:
1.      Preeklamsia dan eklamsia
2.      Solusio plasenta jika hipertensi sudah melampaui batas toleransi.
Solusio plasenta merupakan komplikasi yang berat pada kehamilan dengan hipertensi dalam kehamilan, dan dapat menyebabkan kematian maternal dan perinatal.
J.       Terapi
Prinsip terapi solusio plasenta, aitu:
1.      Menghentikan perdarahan retroplasenter.
2.      Melakukan resusitasi meternal dan fetal intrauteri.
3.      Tindakan obstetric yang tepat.
4.      Menghindari kemungkinan komplikasi.
Beberapa sarjana telah mencoba untuk menunda persalinan khususnya pada solusio plasenta dengan kehamilan premature dengan cara :
1.      Menghentikan perdarahan retroplasenter:
a.       Istirahat total.
b.      Menghentikan perdarahan dengan tokolitik.
c.       Observasi ketat:
·         Perdarahan melalui evaluasi Hbs serial.
·         Manifestasi klinis solusio plasentanya.
·         USG serial, untuk menilai besarnya hematoma retroplasenter.
·         USG untk kesejahteraan janin.
Sebagian menyatakan berhasil menunda persalinan dan menghentikan perdarahan serta mempertahankan kehamilan. Kegagalan menghambat proses perdarahan retroplasenter diikuti dengan terminasi aktif jika:
a.       Keadaan umum parturien bertambah buruk.
b.      Kelas perdarahannya.
c.       Terjadi gawat janin.
2.      Resusitasi maternal dan fetal.
Perdarahan retroplasenter sulit diduga jumlah dan kecepatan sehingga diperlukan persiapan dan resusitasi terhadap maternal dan fetal, dengan cara:
a.       Pemasangan infuse dan pemberian transfuse masif untuk menghindari syok.
b.      Pemberian kortikosteroid masif.
c.       Evaluasi jumlah fibrinogen dalam darah dan berikan ekstra fibrinogen sekitar 2 gr.
Bersamaan dengan resusitasi, lakukan evakuasi uterus sehingga dapat menghindari komplikasi lebih lanjut.
3.      Tindakan obstetri.
Basu dan bonar 1969, menganjurkan untuk segera melakukan evakuasi uterus sehingga dapat mengurangi :
a.       Perdarahan berkelanjutan.
b.      Menghindari sebanyak mungkin terjad komplikasi.
Tindakan obstetri yang dianjurkan:
a.       Memecahkan ketuban.
·         Ketuban dipecahkan, untuk menimbulkan proses persalinan.
·         Dapat diikuti dengan drip oksitosin.
·         Persalinan harus berakhir dalam waktu 6 jam.
b.      Melakukan seksio sesarea.
·         Pada solusio plasenta ringan dan sedang.
·         Bishop skore randah.
·         Janin masih hidup.
·         Memerhatikan keadaan uterusya, maka dapat diperhitungkan untuk melakukan histerektomi.
4.      Menghindari kemungkinan komplikasi.
Komplikasi dapat terjadi akibat kombinasi antara jumlah serta kecepatan darah yang hilang dan hematoma retroplasenter. Yang dapat menimbulkan gengguan pembekuan darah dan pembekuan darah intravaskuler. Komplikasi tersebut dapat dirinci:
a.          Perdarahan postpartum
·         Akibat Couvelaire uterus.
·         Atonia uteri.
·         Trauma tindakan obstetri.\


b.         Gangguan pembekuan darah
·         Disseminated intravaskular coagulation (DIC).
·         Perdarahan terus-menerus dari tempat implantasi plasenta dan perlukaan jalan lahir.
Gangguan pmbekuan darah terjadi karena rendahnya fibrinogen dalam darah, kurang dari 150 mg%.


BAB III
KONSEP MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN
            Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar yang berakhr dengan evaluasi. Kutujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah-langkah dapat dipecah menjadi langkah-langkah tertentu dan bias berubah sesuai dengan bagaimana keadaan pasien.
            Tetapi disini hanya lima langkah saja yang akan di bahas yaitu dari pengumpulan data sampai pada Perencanaan asuhan.
            Pembahasan dari kelima langkah tersebut adalah :
A.                Langkah I (Pengkajian)

1.         DATA SUBJEKTIF
1)            Biodata atau identitas pasien:
a)            Istri
§    Nama
         Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
§    Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
§    Alamat
         Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah.
§    Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin.
§    Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
§    Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
§    Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
§    Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.


b)            Suami
§    Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
§    Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.
§    Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi suami pasien/klien.
§    Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan suami terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan suami pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin.

§    Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
§    Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan suami juga mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seorang istri.


§    Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
§    Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
2)            Riwayat pasien
a)            Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien datang kepada bidan. Untuk mengetahui keluhan utama tersebut pertanyaan yang diajukan oleh bidan adalah sebagai berikut: “Apa yang ibu rasakan, sehingga ibu datang kemari?”
b)            Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.
c)            Menarche
Untuk mengethui usia pertama kalinya mengalami menstruasi.
d)           Siklus Menstruasi
Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
e)            Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria banyak, sedang, sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.

f)             Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
g)            Menstruasi yang Terakhir
Untuk mengetahui prediksi waktu mengenai kapan menstruasi yang akan datang.
h)            Dismenorhea
Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau sulit. Dismenorhea ditandai oleh nyeri mirip kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-kadang oleh sakit kepala, keadaan mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah.
i)              Keteraturan Menstruasi
Untuk mengetahui jarak normal keteraturan menstruasi biasanya 23 sampai 32 hari. Apabila terjadi ketidak teraturan menstruasi pada pasien dapat segera dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui factor-faktor penyebabnya.
j).      Fluor albus
Untuk mengetahui pada umumnya adanya cairan di dalam vagina bertambah dalam kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering menimbulkan keluhan. Ganococcus menyebabkan flour seperti nanah, Trichomonasvaginalis menyebabkan flour yang putih berbau, sedangkan candida albicans menyebabkan flour dengan gumpalan putih atau kuning dan menyebabkan gatal yang sangat.
k)      Gangguan sewaktu Menstruasi
Untuk mengetahui gangguan apa saja yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,misalnya nyeri hebat,sakit kepala sampai pingsan, atau keadaan mudak tersinggung (emosional meningkat). Gangguan yang dialami pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.


3)      Riwayat perkawinan
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal).
Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai riwayat perkawinannya adalah :
1.            Kawin : …………………..kali
2.            Usia Kawin Pertama ………………………tahun
3.            Status Perkawinan
4.            Lama Pernikahan
4)            Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan nifas yang lalu. Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang lampau adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan. Mencakup :
§  Jumlah Kehamilan dan kelahiran: G (gravida), P (para), A (abortus), H (hidup)
Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan kelahiran pasien.
§  Golongan Darah
Data ini menjelaskan golongan darah pasien, hal ini dilakukan untuk sumber informasi jika ketika kehamilan atau persalinan mengalami pendarahan penanganan penggantian darah yang keluar melalui transfusi darah lebih cepat dilakukan.
§  Riwayat persalinan
Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan. Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil saat persalinan sekarang dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.  Jika persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio saesaria, solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada persalinan sekarang.
§  Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, jika terdapat penyulit diupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
5)            Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu (perdarahan, feloris).
6)            Riwayat kelahiran anak
a)            Berat bayi sewaktu Lahir
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami trauma lahir dimana hal ini terjadi karena trauma pada bayi akibat tekanan mekanik (seperti kompresi dan traksi) selama preses persalianan. Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi lebih dari 4.500 gram.
b)            Kelainan Bawaan Bayi
Untuk dapat segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak memperparah kondisi.
c)            Jenis Kelamin Bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai dokumentasi.
d)           Status Bayi yang Dilahirkan: hidup atau mati
Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya sekarang,
Bila meninggal, apa penyebab kematiannya.
7)            Riwayat Ginekologi
Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk tentang organ reproduksi pasien. Mencakup: infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker sistem reproduksi, operasi ginekologi. Jika didapatkan adanya salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat reproduksi, maka harus waspada akan adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat reproduksi pada masa postpartum.
8)            Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ada efek samping setelah penggunaan kontrasepsi, lamanya menggunakan alat kontrasepsi,  alasan pemakaian serta pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi), serta keluhan selama memakai alat kontrasepsi.
9)            Riwayat kehamilan sekarang
Mencakup waktu mendapat haid terakhir, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor, mual/muntah, masalah kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu. Anamnesa haid serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera adanya kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.
10)        Riwayat penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita pasien/klien. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
misal:
Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan dan kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.
11)          Gambaran penyakit yang lalu
Setelah mengetahui riwayat penyakit pasien/klien, bidan perlu mengetahui gambaran mengenai riwayat penyakit pasien/klien, misal apakah penyakit tersebut parah/tidak, apakah sudah dilakukan tindakan pada penyakit tersebut, dll. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
12)              Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan ibu dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan mencakup penyakit kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, kelainan dibawa lahir, kehamilan kembar atau lebih, TBC, epilepsy, penyakit darah, alergi, penyakit yang menyebabkan kematian bagi bapak atau ibu yang telah meninggal.
13)              Keadaan sosial budaya, ekonomi, dan budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara lain :
·               Jumlah anggota keluarga
·               Dukungan materiil dan moril yang didapat dari keluarga.
·               Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
·               Kebiasaan yang merugikan kesehatan.
14)              Riwayat spiritual
Kemungkinan pasien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik dan memudahkan kita dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan kepercayaan klien.
15)              Riwayat pikologis
Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan dan persalinan yang ini. Keungkinan pasien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini. Atau kemungkina klien cemas, takut dan gelisah dengan kehamilan ini.


16)              Kebutuhan dasar
Kemungkinan pemenuhan kebuuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktifitas sehari-hari, istirahat, personan hygiene, dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi esehatan saat hamil dan bersalin.
Data fokus pada data subjektif adalah :
1)       Ibu mengatakan keluhan nyeri pada bagian perut, perut terasa sesak hanya karena tekanan dan kadang-kadang perutnya tegang.

2.         DATA OBJEKTIF
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a)            Pemeriksaan umum
Secara teoritis kemungkinan di temukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang mencakup kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan dan keadaan umum.
b)            Pemeriksaan khusus
1)               Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memandang dari kepala sampai ujung kaki.
Yang dinilai ialah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka, conjunctiva, skelera, hidung dan telinga, mulut, apakah ada caries dentis, stomatitis, karang gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjar gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar sesuai dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Anus apakah ada haemorhoid, extremitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
Hasil yang mungkin timbul dari anamnesa pada kasus ibu dengan solusio plasenta :
·               Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
·               Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
·               Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
2)               Secara palpasi, yaitu pemeriksaan yangdilihat dengan cara meraba.
Dengan cara menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :
Leopold I             : tinggi fundu uteri dalam cm, tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
Leopold II           :pada dinding perut sebelah kanan atau kiri ibu kemungkinan teraba punggung, anggota gerak atau bokong, kepala.
Leopold III          :teraba bagian bokong, kepala atau lainnya
Leopold IV          :bagian terbawah janin belum masuk PAP.
3)               Secara auskultasi
Kemungkinan dapat terdengar bunyi jantng janin, frekuensinya, teratur atau tidak  tetapi biasanya sulit dilakukan pada kehamilan dengan solusio plasenta.
4)               Secara perkusi
Kemungkinan refleks patella kiri dan kanan positif.
5)               Pemeriksaan ukuran panggul
Kemungkinan normal dengan pengukuran jangka panggul.
6)               Pemeriksaan tafiran berat badan janin (TBJ)
Kemungkinan berat janin normal, dengan menggunakan rumus:
(TFU dlm cm – 13) x 155
Kemudian ditambah 375 untuk lingkaran abdomen yang lebih dari 100cm.

3.         PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)            Laboratorium
Darah     :Hb, Haematokrit, golongan darah, kadar estriol.
Urine      :kemungkinan ditemui protein aceton, dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.


b)            USG
Kemungkinan keadaan janin hidup  dan dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan kesejahteraan janin.
c)            Pemeriksaan CTG (kardiografi)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau detak jantung janin, hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari klasifikasi dan cepatnya plasenta terlepas sehingga dapat mempengaruhi sirkulasi retroplasenter yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi dari pertukaran O2/CO2 intraplasenta.

B.                 Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosadan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah ;
a.                   Diagnosa Kebidanan
Ibu hamil G…, P…, A…, H….usia kehalan…,janin intra atau ekstrauterine, janin hidup atau mati, letak anak, anak tunggal/kembar, keadaan jalan lahir, keadaan umum ibu, dengan solusio plasenta.
Dasar :
1.      Nyeri tekan uterus dan tegang.
2.      Leopold I  : T Fut, TBBJ
3.      Leopold II : Puki, Puka atau lainnya (letak sungsang atau letak lintang)
4.      Leopold III: bisa kepala, bokong, letak lintang ataupun letak sungsang
5.      Leopold IV: Bagian terbawah janin belum masuk PAP
6.      DJJ  : kadang tidak terdengar (sulit dinilai)
7.      Ibu mengatakan hamil anak...
8.      bagian-bagian janin sukar dinilai
9.      keluar darah dari pengeluaran pervaginam ibu
b.                  Masalah
Masalah yang kemungkinan timbul adalah kecemasan dan ganggauan rasa nyaman.
Dasar : Ibu mengeluh perut terasa tegang, keluar bercak darah dan nyeri perut kiri bagian bawah.
c.                   Kebutuhan
1)      Penyuluhan tentang istirahat ibu
Dasar : dari TTV dan KU ibu
2)      Dukungan psikologi
Dasar : karena ibu mengatakan cemas
3)      Kebersihan vulva
Dasar : pencegahan infeksi dan rasa nyaman
4)      Hidrasi
Dasar : kebutuhan cairan dan nutrisi sangat penting apalagi jika ibu anemia
5)      Rasa nyaman
Dasar : karena Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan tegang.
6)      Penyululuhan tentang resiko persalinan
Dasar : karena agar ibu lebih mempersiapkan persalinannnya.
7)      Ajarkan ibu posisi yang benar pada ibu hamil
Dasar : berhubungan dengan rasa nyaman.

C.                 Langkah III ( Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial)
Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul :
1.                  Potensial terjadi gawat janin
Dasar : karena plasenta yang lepas sebelum waktunya, karena terputusnya hubungan antara janin dan ibu sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
2.                  Potensial terjadi hipoksia pada janin
Dasar : karena terputunya hubungan antara janin dan ibu sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.

D.                Langkah IV (Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera)
Kemungkinan tindakan segera pada kasus kehamilan/persalinan dengan solusio plasenta antara lain : 
1.       Kolaborasi dengan dokter segera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat

E.                 Langkah V (Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh)
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau merupakan lanjutan dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman tentang apa yang akan terjadi berikutnya, penyuluhan, konseling dan rujukan untuk masalah sosial, ekonomi, kultural, atau masalah psikologis bila diperlukan. Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan.
Adapun rencana asuhan yang dibutuhkan pasien dalam kasus ini yaitu:
a.       Jelaskan keadaan ibu saat ini
b.      Anjurkan ibu untuk melahirkan ditenaga kesehatan atau rumah sakit
c.       Ajarkan pada ibu untuk mengatasi gangguan rasa nyaman
d.      Ajarkan pada ibu untuk senam hamil
e.       Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu
f.       Jelaskan tentang gizi ibu hamil
g.      Ajarkan cara minum Fe
h.      Jelaskan tanda-tanda persalinan
i.        Cara mengurangi rasa sakit
j.        Jelaskan pengaruh sering BAK adalah normal


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi :
1.                  Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20%
2.                  Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80%
Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum uteri [hematoma retroplasenta] dan seluruh bagian plasenta dapat terlepas, komplikasi yang diakibatkan biasanya sangat berat dan 10% disertai dengan Disseminated Intravascular Coagulation.
Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya sebagian dari plasenta yang terlepas dan komplikasi yang diakibatkan umumnya tidak berat.
Kadang-kadang, plasenta tidak lepas semua namun darah yang keluar terperangkap dibalik selaput ketuban (relativelly concealed) 30% perdarahan antepartum disebabkan oleh solusio plasenta

B.     Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca khusus nya bagi mahasiswa kebidanan untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai solusio plasenta.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Manuaba prof.dr.ida bagus Gde ,dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
2.      Fadlun, Feryanto Achmad, 2011. Asuhan Kebidanan IV Patologi, Jakarta: Trans info media.
3.      Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Obstetri Patologi, Pencetak : Penerbit & Percetakan Elstar Offset, Bandung.
4.      http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/solusio-plasenta.html


1 komentar:

  1. Casino Wylde: Get a $20 No Deposit Bonus Code for
    Join the 경주 출장안마 fun 청주 출장샵 at 남원 출장마사지 Casino Wylde in Wylde with Free Spins, No Deposit Bonus Codes and Exclusive Offers! 양주 출장샵 Get up to $20 free by playing your favorite slot games. 문경 출장안마

    BalasHapus