SUB TOPIK
1.
Perdarahan per vagina
2.
Infeksi masa nifas
3.
Sakit kepala, nyeri
epigastrik, penglihatan kabur
4.
Pembengkakan di wajah atau
ekstrimitas
5.
Demam, muntah, rasa sakit
waktu berkemih
1. PERDARAHAN PER VAGINA
Perdarahan
nifas dinamakan sekunder bila terjadi 24 jam/lebih sesudah persalinan.
Perdarahan ini bisa timbul pada minggu kedua masa nifas. Perdarahan sekunder
ini ditentukan <1% dari semua persalinan. Perdarahan dari vagina atau lokhia
berlebihan pada 24 jam sampai 42 hari sesudah persalinan dianggap sebagai
perdarahan post partum sekunder dan memerlukan pemeriksaan serta pengobatan
segera. Perdarahan post partum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama
terhadap tanda-tanda awalnya.
Perdarahan
yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari biasanya disebabkan oleh adanya sub
involusi uteri. Penderita disuruh tidur dan diberi tablet ergometrin, umumnya
perdarahan berhenti. Bila perdarahan tetap ada, maka sebaiknya dilakukan
kerokan untuk menyingkirkan kemungkinan sisa-sisa plasenta.
2. INFEKSI MASA NIFAS
Haid
pertama sesudah persalinan kadang-kadang banyak, akan tetapi tidak jarang ini
dapat diatasi dengan tidur. Bila serviks tidak hiperemik, meradang dan erosi;
dan ada persangkaan kearah keganasan maka pengobatan dengan kauterisasi
(kimiawi, elektrik) atau cryosurgeri sudah cukup untuk kelainan tersebut.
Pemeriksaan sesudah 40 hari tidak merupakan pemeriksaan terakhir. Lebih-lebih
bila ditemukan kelainan-kelainan meskipun sifatnya ringan. Hal ini akan banyak
sekali manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit-penyakit yang makin
lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati. Misalnya bila ternyata
ada gejala-gejala karsinoma serviks uteri stadium III-IV.
a.
Etiologi :
1.
Kelainan kongenital uterus
2.
Inversio uteri
3.
Mioma uteri submukosum
4.
Penghentian pengobatan dengan estrogen untuk menghentikan laktasi
5.
Pengeluaran plasenta dan selaputnya tidak lengkap
Suatu bagian dari plasenta 1 atau lebih lobus tertinggal
1.
Persalinan lama
2.
Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat
3.
Terbukanya luka setelah bedah sesar
4.
Terbukanya luka setelah episiotomi
5.
Infeksi
6.
Koagulopati
Bentuk patologipembekuan darah yang menyebabkan terjadinya perdarahan
internal atau eksternal yang luas
Takhikardia
Diavoresis (keringat berlebihan)
Penurunan trombosit, fibrinogen dan protrombin
Subinvolusi :
Merupakan keadaan dimana tidak
kembalinya uterus padakeadaan normal sesudah partus.
Uterus yang lunak dengan
perlambatan atau tidak ada penurunan tinggi fundus
Warna lokhia merah kecoklatan
persisten atau berkembang lambat selama tahap-tahap lokhia diikuti perdarahan
Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pada ibu yang menderita anemia
berat. Syok harus segera diatasi dan cairan yang hilang harus segera diganti.
Sedapat mungkin ibu dirujuk dengan anggota keluarganya yang akan menjadi donor
darah. Berikan suplementasi zat besi setelah perdarahan. Perdarahan dapat
terjadi kapan saja sesudah bayi lahir. Ruptura uteri dapat terjadi dalam
persalinan tanpa tampak adanya perdarahan keluar.
a.
Penanganan :
1.
Kaji adanya infeksi
2.
Ergonovin (ergotrate) 0,2 mg peroral tiap 4 jam selama 3 hari atau
metilergonovin (methergine) 0,2 mg peroral tiap 4 jam selama 3 hari
3.
Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, catat dengan teliti
riwayat perdarahan (kapan mulainya dan berapa banyak darah yang sudah keluar →
hal ini akan menolong dalam mendiagnosis secara cepat dan memutuskan tindakan
yang tepat)
4.
Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yang mengalami
perdarahan post partum sekunder ini
5.
Berikan antibiotik (ampisilin 500 mg dan metronidazol 1 gr peroral,
lanjutkan dengan ampisilin 500 mg peroral setiap 6 jam)
6.
Buat catatan yang akurat
7.
Bila kondisi ibu memburuk pasang infus dan segera rujuk (cairan IV guyur
supaya nadi bertambah kuat, lalu tetesan dipelankan dan dipertahankan terus
sampai ibu tiba dirumah sakit)
8.
Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan
terjadi
9.
Uji pembekuan darah
10.
Evaluasi kembali setiap 2 minggu
11.
Rujuk ibu bersama bayinya (jika memungkinkan) dan anggota keluarganya yang
dapat menjadi donor darah jika diperlukan kerumah sakit.
3. SAKIT KEPALA, NYERI EPIGASTRIK, PENGLIHATAN KABUR
Dapat
juga dimulai dengan pemberian 0,5 mg ergometrin IM, yang dapat diulang dalam 4
jam atau kurang. Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan tentang
sebabnya. Apabila tidak ditemukan inversio uteri atau mioma submukosum yang
memerlukan penanganan khusus, kerokan dapat menghentikan perdarahan. Pada
tindakan ini perlu dijaga agar tidak terjadi perforasi.
1. Sakit
kepala
Nyeri kepala pada masa nifas dapat merupakan
gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal,
stroke,koagulopati dan kematian.
Sakit kepala yang
menunjukkan suatu masalah yang serius adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. Sakit kepala yang menetap
3. Tidak hilang dengan istirahat
4. Depresi post partum
Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat disebabkan karena terjadinya edema pada otak
dan meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang
dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan
penglihatan.
a.
Gejala :
1.
Tekanan darah naik atau turun
2.
Lemah
3.
Anemia
4.
Napas pendek atau cepat
5.
Nafsu makan turun
6.
Kemampuan berkonsentrasi kurang
7.
Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa
kosong
8.
Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa
bahwa tidak seorang pun mengerti
9.
Serangan cemas
10.
Merasa takut
11.
Berpikir obsesif
12.
Hilangnya rasa takut
13.
Control terhadap emosi hilang
14.
Berpikir tentang kematian
b.
Penanganan
1.
Informed consent
2.
Lakukan
penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang
dan terdahulu dari pasien atau keluarga
3.
Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet
zat besi 1x/hari
4.
Jika
tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik
5.
Pasang
infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih
6.
Ukur
keseimbangan cairan
7.
Persiapan
rujukan
8.
Periksa Hb
9.
Periksa
protein urine
10.
Observasi
tanda-tanda vital
11.
Lebih
banyak istirahat
2.
Nyeri epigastrium
Nyeri daerah epigastrium atau
daerah kuadran atas kanan perut, dapat disertai dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa
khawatir pada penderita akan adanya gangguan pada organ vital di dalam dada
seperti jantung, paru dan lain-lain.
Preeklamsia ialah penyakit dengan
tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan,
umumnya terjadi pada triwulan ke-3 kehamilan. Sedangkan eklampsia merupakan
penyakit lanjutan preeklamsia, yakni gejala di atas ditambah tanda gangguan
saraf pusat, yakni terjadinya kejang hingga koma, nyeri frontal, gangguan
penglihatan, mual hebat, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia. Hipertensi biasanya
timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda
lain karena terjadi reimplantasi amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3
kehamilan. Pada keadaan ibu yang tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang,
reimplantasi tidak terjadi secara optimal sehingga menyebabkan blokade pembuluh
darah setempat dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat dibuat
jika kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya
ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik naik dengan
15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan darah ini
dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Edema
ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali perlu menimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. Edema juga terjadi karena
proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3
g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+
atau 2+ atau 1g/liter atau lebih dalam
air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius.
Tanda dan
Gejala
1. Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah,
2. 65 persen dengan nyeri
epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah
3. 31 persen dengan sakit kepala.
Penanganan
:
1. Informed consent
2. Mengobservasi TTV
3. Persiapan rujukan
4. Pemeriksaan darah rutin
5. Tes fungsi hati.
6. Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia),
7. Bolus 4 – 6 g MgSO4 dalam konsentrasi 20%. Dosis ini diikuti
dengan infus 2 g per jam.
8. Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat
10% i.v.
9. Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa
di atas 160/110 mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis inisial
5mg) setiap 15 – 20 menit sampai tekanan darah target tercapai atau kombinasi
nifedipin dan MgSO4.
3. Penglihatan
kabur
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi
tanda preeklampsi. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan
visual mendadak, misalnya penglihatan
kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot) , berkunang-kunang.
Selain
itu adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang
menunjukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini
disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks
cerebri atau didalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah). Perubahan
penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada
preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau
beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita preeklamsia
merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini
disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks
serebri atau dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit
menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang
interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit, peningkatan
protein serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah
berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama.
Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang, dengan
akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak
menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklamsia. Konsentrasi kalium, natrium,
kalsium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah,
bikarbonat dan pH pun normal. Kadar kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak
meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total,
perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada
preeklamsia. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata
dan kadar tersebut lebih meningkat lagi pada preeklamsia.
Tanda dan
Gejala :
1.
Peningkatan
tekanan darah yang cepat
2.
Oliguria
3.
Peningkatan
jumlah proteinuri
4.
Sakit
kepala hebat dan persisten
5.
Rasa
mengantuk
6.
Penglihatan
kabur
7.
Mual muntah
8.
Nyeri
epigastrium
9.
Hiperfleksi
Faktor
resiko :
1.
Primigravida
2.
Wanita gemuk
3.
Wanita dengan hipertensi esensial
4.
Wanita dengan kehamilan kembar
5.
Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
6.
Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
7.
Riwayat keluarga eklamsi
Peran Bidan
:
1. Mendeteksi terjadinya eklamsi
2. Mencegah terjadinya eklamsi
3. Mengetahui kapan waktu
berkolaborasi dengan dokter
4. Memberikan penanganan awal
sebelum merujuk pada kasus eklamsi
Penanganan
:
Informed
consent
Segera
rawat
Lakukan
penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang
dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
Persiapan
rujukan
Jika pasien
tidak bernafas :
Bebaskan jalan nafas
Berikan oksigen
Intubasi jika perlu
Jika pasien
tidak sadar atau koma :
Bebaskan jalan nafas
Baringkan pada satu sisi
Ukur suhu
Jika pasien
syok atasi dengan penanganan syok
Jika ada
perdarahan atasi penanganan perdarahan
Jika kejang
:
Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan
sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntah/darah
Bebaskan jalan nafas
Pasang spatula lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
4. PEMBENGKAKAN WAJAH DAN EKSTREMITAS
Pembengkakan wajah
dan ektremitas atau yang sering disebut dengan udem sering ditemukan pada
wanita hamil ataupun nifas. Baik karena perubahan fisiologis maupun perubahan
yang patologis.
Udem adalah tertimbunnya cairan dalam
jaringan , akibat adanya gannguan keseimbangan.
Udem dapat terjadi oleh :
1. Adanya tekanan hidrostatik
yang sangat tinggi pada pembuluh kapiler seperti misalnya bila aliran darah
vena tersumbat
2. Tekanan osmotik terlalu
rendah, karena kadar protein plasma, terutama albumin sangat rendah
3. Sumbatan pada aliran limfe
4. Kerusakan dinding kapiler
sehingga plasma dapat merembes keluar dan masuk ke dalam jaringan serta
menimbulkan tekanan osmotik yang melawan tekanan osmotik protein dalam aliran
darah
Udem juga terlihat pada adanya
trombosis pada vena – vena betis yang terletak dalam, biasanya merupakan
komplikasi berbahaya akibat berbaring yang terlalu lama, yang menyebabkan
aliran dalam darah vena menjadi lambat sehinga membeku. Trombosis seperti ini
terjadi akibat infeksi.
Keadaan pembengkakan wajah dan
ekstremitas, sering menyertai kelainan – kelainan pada masa nifas, sebagai
berikut
1. Preeklampsi
2. Syndrom Nefrotik
EKLAMSI POSTPARTUM
Selain pembengkakan wajah dan
ekstremitas, adapun gejala – gejala yang sering menyertai eklamsi postpartum
adalah
1. Peningkatan tekanan darah,
diastolic > 90 mmHg
2. Oluguria
3. Peningkatan jumlah proteinuri
( karena vasospasme akut )
4. Sakit kepala berat dan
persisten
5. Rasa mengantuk
6. Penglihatan kabur
7. Mual muntah
8. Nyeri epigastrik
9. Hiperefleksi
Faktor resiko :
1.
Primigravida
2.
Wanita
dengan hipertensi esensial
3.
Wanita
dengan kehamilan kembar
4.
Wanita
dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
5.
Wanita
dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
6.
Riwayat
keluarga eklamsi
Peran Bidan :
1. Mendeteksi terjadinya eklamsi
2. Mencegah terjadinya eklamsi
3. Mengetahui kapan waktu
berkolaborasi dengan dokter
4. Memberikan penanganan awal
sebelum merujuk pada kasus eklamsi
SYNDROM NEFROTIK
Syndrom nefrotik adalah suatu spektrum
penyakit ginjal yang penyebabnya beragam. Pada gambaran mikroskopis ginjal,
terdapat kelainan pada sawar dinding kapiler glomerulus, yang menyebabkan
filtrasi protein plasma yang berlebihan.
Gejala yang menyertai syndrom nefrotik
ini selain dari pembengkakan wajah dan ekstremitas antara lain :
1.
Proteinuria
> 3 gr/hari
2.
Hipoalbuminemia
3.
Hiperlipidemia
4. DEMAM, MUNTAH DAN RASA SAKIT WAKTU BERKEMIH
Demam merupakan salah satu manifestasi
dari gejala infeksi, dan rasa sakit waktu berkemih merupakan salah satu gejala
dari Infeksi saluran kemih. Ibu pasca partum, merupakan individu yang beresiko
tinggi mengalami hal ini, karena sensitivitas kandung kemih berkurang akibat
peregangan, trauma, dan retensi dari urin residu.
INFEKSI SALURAN KEMIH
Kebanyakan infeksi saluran kemih
pascapartum disebabkan oleh organisme gram negatif seperti Escheria Coli, yang
menginvasi uretra dan kandung kemih serta menyebabkan sistitis. Bakteri kandung
kemih kemudian mungkin naik ke ginjal, karena aliran urin balik vesikouretral
sewaktu berkemih, sehingga menyebabkan
pielonefritis setelah beberapa hari.
a.SISTITIS
Sistitis adalah peradangan kandung kemih
tanpa disertai peradangan bagian atas saluran kemih.
Etiologi :
Yang tersering
adalah Escheria Coli
Faktor
predisposisi :
1.
Uretra
wanita yang pendek
2.
Sistokel
3.
Sisa air
kemih yang tertinggal
4.
Penggunaan
kateter
Tanda dan gejala
:
2. Meningkatnya frekuensi
berkemih
3. Pada penekanan suprasimpisis,
akan terasa nyeri lokal yang juga menyebar ke daerah lipat paha, prosedur
pemeriksaan ini juga menyebabkan pasien ingin berkemih
4. Pada pemeriksaan laboratorium,
ditemukan lekosit dan eritrosit dan kadang – kadang ditemukan bakteri
5. Kadang – kadang terdapat
hematuria
- PIELONEFRITIS AKUT
Pielonefritis adalah infeksi
pada ginjal yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang naik dari saluran kemih
bawah. Pyelonefritis terjadi akibat perubahan fisiologis dan anatomi yang
diasosiasikan dengan kehamilan. Perubahan tersebut diantaranya :
1. Penekanan ureter pada pinggir
pelvik oleh uterus
2. Penurunan kondisi kandung kemih
saat nifas
3. Dilatasi dan penurunan kondisi
ureter akibat efek hormonal
Faktor
predisposisi :
1.
Penggunaan
kateter pada saat kehamialn atau persalinan
2.
Air kemih
yang tertahan karena perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan atu
luka pada jalan lahir
Gejala dan tanda
;
1. Disuria
2. Demam tinggi
3. Sering kencing
4. Nyeri perut
5. Nyeri suprapubik
6. Nyeri pinggang
7. Nyeri dada belakang
8. Anoreksia
Mual/muntah
Peran bidan :
1. Melakukan deteksi dini pada
kasus infeksi saluran kemih
2. Mencegah terjadinya infeksi
saluran kemih
3. Melakukan perawatan dengan
segera dan melakukan kolaborasi dengan dokter dalam penanganan kasus infeksi
saluran kemih
Asuhan bidan :
1. Ambil sampel urin tengah,
untuk pemeriksaan urin. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah pengeluaran urin
untuk menilai fungsi kandung kencing. Inspeksi warna urin ( hematuria ), bau,
kekeruhan ( kental atau encer )
2. Menganjurkan ibu untuk
berkemih setiap 2 – 4 jam, dan mengosongkan kandung kemih secara tuntas,
sediakan kompres es untuk perineum selama 1 jam setelah kelahiran, untuk
mengurangi pembentukan edema dan memfasilitasi berkemih.
3. Kaji bila terdapat rasa sakit
menyengat dan rasa panas pada saat berkemih
4. Ibu sebaiknya sedikitnya minum
8 gelas cairan khususnya air setiap hari
5. Kaji bila ada keluhan
ketidaknyaman pada area suprapubik atau abdomen bagian bawah, nyeri punggung
bagian bawah atau nyeri berat pada panggul.
6. Bila ibu mengalami demam, anjurkan mandi
dengan air hangat dan berikan obat antipiretik
7. Menjelaskan pada ibu, bahwa
obat – obatan yang diresepkan bisa merubah warna urin
8. Kaji tanda – tanda vital 4 jam
dan bila ada pengaruh pada tanda sistemik
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga
personal higiene
Rasa
sakit, merah, lunak dan bengkak di kaki
TROMBOFLEBITIS
Perluasan infeksi nifas yang paling
sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran
darah sepanjang vena dan cabang – cabangnya sehingga menjadi tromboflebitis.
Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embolus yang disebabkan karena
adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada
susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau
venaseksi.
- Pelviotromboflebitis/trombosis vena dalam
Mengenai vena – vena dinding
uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena
hipogastrika.
Tanda dan gejala :
Nyeri, yang terdapat pada perut bagian
bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari 2-3 masa nifas dengan
atau tanpa panas
Penderita tampak sakit berat, dengan
gambaran karakteristik sebagai berikut
- Menggigil berulang kali,
menggigil inisial terjadi sangat berat ( 30 – 40 menit ) dengan interval hanya
beberapa jam sajadan kadang – kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita
hampir tidak panas.
- Suhu badan naik turun secara
tajam ( 36 C- 40 C ), yang diikuti denga penurunan suhu dalam 1 jam.
- Penyakit dapat berlangsung
selama 1-3 bulan
- Cenderung berbentuk pus, yang
menjalar kemana – mana
Gangguan darah :
- Terdapat leukositosis (
meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi
leukopenia )
- Untuk membuat kultur darah,
darah diambil pada saat yang tepat sebelum mulai menggigil. Meskipun bakteri
ditemukan di dalam darah selama menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat
karena bakterinya anaerob.
Pada periksa dalam, hampir tidak
ditemukan apa – apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika yang
sukar dicapai pada pemeriksaan.
Penanganan
Rawat Inap
Penderita tirah
baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
Terapi medik
Pemberian
antibiotik dan heparin jika terdapat tanda – tanda atau dugaan adanya pulmonum.
Terapi Operatif
Pengikatan vena
kava invferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai
mencapai paru – paru meskipun sedang dilakuakn heparinisasi.
- Tromboflebitis femoralis/tromboflebitis superfisial
Mengenai vena – vena pada
tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena safena.
Tanda dan Gejala
:
Keadaan umum tetap baik, suhu badan
subfebris selama 7 – 10 hari kemudian suhu mendadak naik, kira – kira pada hari
ke 10 sampai 20, yang disertai dengan menggigil atau nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena,
biasanya kaki kiri akan memberikan tanda – tanda sebagai berikut :
- Kaki sedikit dalam keadaan
fleksi dan rotasi ke luar serta sukar bergerak lebih panas dibanding kaki
lainnya
- Seluruh bagian dari salah satu
vena pada kaki terasa tegang dan keras pada lipat paha bagian atas
- Nyeri hebat pada lipat paha
dan daerah paha.
- Reflektorik akan terjadi
spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin,
pulsasi menurun
- Edema kadang – kadang terjadi
sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas,
tetapi lebih sering dimulai dari jari – jari kaki dan pergelangan kaki,
kemudian meluas dari bawah ke atas
- Nyeri pada betis, yang akan
terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo
Achilles ( Tanda Homan )
Penanganan
Perawatan
Kaki ditinggikan
untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki setelah mobilisasi kaki
hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaus kaki panjang yang elastik
selama mungkin.
Mengingat kondisi ibu yang sangat
jelek, sebaiknya jangan menyusui
Terapi medik
Pemberian
antibiotika dan analgetika.
Peran
Bidan :
1.
Melakukan
deteksi dini pada kasus tromboflebitis
2.
Melakukan
perawatan dengan segera dan melakukan kolaborasi dengan dokter dalam penanganan
kasus tromboflebitis
Asuhan bidan :
1.
Pantau
tanda – tanda vital. Waspada terhadap
kenaikan suhu tubuh (tanda – tanda infeksi).
2.
Inspeksi
dan palpasi panas, warna, nyeri tekan dan nadi perifer dan tanda Homan positif
3.
Bantu ibu
untuk istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki ditinggikan total di atas
bantal.
4.
Pakai
kompres basah, yang hangat untuk kaki yang terkena ( vasodilatasi akan
memfasilitasi aliran darah, serta mengurangi nyeri )
5.
Mulailah
mobilisasi yang progresif setelah radang akut hilang
6.
Pakailah
stoking penyokong ( yang dapat menekan vena superfisial dan meningkatkan aliran
vena profunda )
7.
Pantau dan
laporkan adanya tanda emboli paru. Waspada terhadap tanda – tanda seperti nyeri
dada yang samar, kecemasan, frekuensi pernapasan kira - kira < 16 kali
permenit, pucat, takipnea.
8.
Anjurkan
ibu mengikuti langkah – langkah berikut untuk mencegah vena statis
- Hindari menyilangkan kaki di
dengkul saat duduk
- Tinggikan kaki saat duduk,
ketika memungkinkan
- Hindari berdiri dalam waktu
yang lama
- Lakukan mobilisasi berkala
sepanjang hari
- Minum sedikitnya 240 ml air 6
kali setiap hari
REFERENSI
1.
Mochtar,
Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC. 1998.
2.
Saifuddin,
Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2001.
3. Manuaba,
Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998. Halaman
4.
Cunningham
FG. William obstetrics 22–nd edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
5.
Cunningham,
F.Gary et.al, 2006, Obstetri William
Edisi 21 vol 1 dan 2. Jakarta : EGC
6. POGI-
JNPKKR. 2005. Buku Acuan Pelayanan
Obstetri Neonatal dan Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI
7.
Mochtar,
Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid I,
Jakarta : EGC
8. Saifuddin,
Abdul Bari dkk, 2001, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI
9.
Varney,
Helen. 1997. Varney’s Midwifery.
Jakarta : EGC
10.
Wiknjosastro,
Hanifa, 2002, Ilmu kebidanan,
Jakarta : YBPSP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar