BAB
I
PENDAHULUAN
Banyak mitos ditengah
masyarakat kita menyangkut kehamilan. Diantaranya mitos tentang minum air es
yang bisa mengakibatkan kembar air. Menjuluki suatu kehamilan dengan air
ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat. Jelas bahwa air
ketuban itu bukan kembar sang bayi. Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh
sel (endotel) yang melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari,
uri) dan peresapan cairan (eksudasi) melewati membran kantung ketuban. Pada
proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin.
Dalam keadaan sehat,
janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan kembali dalam bentuk kencing,
sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaran atau siklus yang berulang. Itu
sebabnya bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing. Dalam
air ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta
butiran lemak yang bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks kaseosa). Pada
suatu keaadan tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang lebih dari
normal keadaan ini disebut polihidramnion atau kadang disebut hidramnion saja.
Menurut staf pengajar
LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air ketuban bervariasi menurut
usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume air
ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa sampai 3 liter,
bahkan 5 liter. Produksi air ketuban yang abnormal baru biasa terjadi sebelum
umur kehamilan mencapai 22 minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion belum
dipastikan secara benar, salah satu yang dicurugai adanya proses infeksi. Dua
per tiga kasus polihidromnion tidak diketeahui sebabnya.
Menurut Hanifa
Winknjosastro (2005), polihidromnion meningkatkan resiko kelahiran prematur dan
resiko komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi perdarahan pascapersalinan
lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya
kematian janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi
dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal atau
menurutnya kesejahteraan janin.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A.
Konsep Teoritis
Polihidramnion(Hidramnion)
Menurut Rustam Muchtar (1998) penjelasan mengenai hidramnion adalah sebagai
berikut
1.
Definisi
Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air
ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter.dimana normal air
ketuban itu adalah 500-1500 ml.
2. Tanda
dan Gejala
TANDA :
- Ukuran
uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
- Identifikasi
janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
- DJJ
sulit terdengar
- Balotemen
janin jelas
GEJALA :
- Sesak
nafas dan rasa tak nyaman di perut karena tekanan pada diafragma
- Gangguan
pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi
- Edema
karena tekanan pada pembuluh darah vena karena pembesaran dari uterus.
- Varises
dan hemoroid
- (Nyeri
abdomen)
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka
keadaan ini sering berlangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan
rasa seperti “meledak” serta rasa mual
Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang
masih baru Polihidramnion akut
atau kronik dapat menyebabkan abortus atau persalinan preterm.
3. Perjalanan
penyakit
1.
Hidramnion
kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah
secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi
pada kehamilan yang lanjut
2. Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba
dan cepat dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang
agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi dari air ketuban pada hidramnion,
menurut penyelidikan, serupa
saja dengan air ketuban yang
normal.
4.
Frekuensi
Yang
sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3
liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%.
Insiden dari kongenital anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu
sebesar 17,7-29%. Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :
a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%),
b.
Hidrops
foetalis
c.
Diabetes
melitus
d.
Toksemia
gravidarum
e.
Cacat
janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei
f.
Eritroblastosis
foetalis
5.
Etiologi
Mekanisme
terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori hidramnion
terjadi karena :
- Produksi
air ketuban bertambah;
yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel
amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk
kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada
anencephalus.
- Pengaliran
air ketuban terganggu;
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin,
diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran
darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada
atresia esophogei, anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada anencephalus dan spina bifida
diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan
selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan
pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini
kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena
anak tidak menelan. Pada gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin
pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga
menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar
pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari
RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi
karena:
a.
Prduksi air jernih berlebih
b.
Ada kelainan pada janin yang menyebabkan
cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan
ginjal dan saluran kencing kongenital
c.
Ada sumbatan / penyempitan pada janin
sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat
drastis
d.
Kehamilan kembar, karena adanya dua
janin yang menghasilkan air seni
e.
Ada proses infeksi
f.
Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan
yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami
kelumpuhan
g.
Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak
terkontrol
h.
Ketidak cocokan / inkompatibilitas
rhesus
Polihidramnion
sering terkait dengan kelainan janin :
- Anensepali
- Spina
bifida
- Atresia
oesophaguis
- Omphalocele
- Hipoplasia
pulmonal
- Hidrop
fetalis
- Kembar
monosigotik
- (hemangioma)
Polihidramnion
sering berkaitan dengan kelainan ibu:
- Diabetes
Melitus
- Penyakit
jantung
- Preeklampsia
Perkembangan
polihidramnion berlangsung secara gradual dan umumnya terjadi pada trimesteri
III
PENATALAKSANAAN :
Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara
lain untuk melihat penyebab dari keadaan tersebut. Dilakukan pemeriksaan OGTT untuk
menyingkirkan kemungkinan diabetes gestasional. Bila etiologi tidak jelas, pemberian
indomethacin dapat memberi manfaat bagi 50% kasus Pemeriksaan USG janin dilihat secara seksama untuk melihat
adanya kelainan ginjal janin
Meskipun sangat jarang, kehamilan monokorionik yang mengalami
komplikasi sindroma twin tranfusin , terjadi polihidramnion pada kantung
resipien dan harus dilakukan amniosentesis berulang untuk mempertahankan
kehamilan.
6.
Patogenesis
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang
komposisinya sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama
kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja
melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua,
janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir pasti proses
ini secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan amnion.karena dalam
keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwamekanisme ini
adalah salah satu cara pengaturan volume cairan amnion. Teori ini
dibenarkandengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila janin
tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan
ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion.
Pritchard dan Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa
pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam
jumlah yang cukup banyak.Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor
etiologinya mungkin adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang
terpajan ke dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca
anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih
akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau
berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin vasopressin. Hal
sebaliknya telah jelasdibuktikan bahwa kelainan janin yang menyebabkan anuria
hampir selalu menyebabkanoligohidramnion.Pada hidramnion yang terjadi pada
kehamilan kembar monozigot, diajukan hipotesis bahwa salah satu janin
merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan mengalami
hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan luaran
urin pada masa neonates dini,yang mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan
oleh meningkatnya produksi urin janin.Hidramnion yang sering terjadi pada
diabetes ibu selama trimester ketiga masih belumdapat diterangkan. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan diuresis
osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volumeair ketuban
trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status
glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan
produksi urin janin padawanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol
nondiabetik. Yang menarik, produksiurin janin meningkat pada wanita nondiabetik
setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai padawanita diabetes.
7.
Predisposisi
Faktor
yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:
1. Penyakit
jantung
2.
Nefritis
3.
Edema umum (anasarka)
4.
Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali,
spina bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking
oesaphagus. Dalam hal ini terjadi karena :
a. Tidak
ada stimulasi dari anak dan spina
b.
Exscressive urinary secration
c.
Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
d.
Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal
keamnion
5. Simpul
tali pusat
6.
Diabetes melitus
7.
Gemelli uniovulair
8.
Mal nutrisi
9.
Penyakit kelenjar hipofisis
10. Pada
hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
karena itu transudasi menjasdi lebih banyak dan timbul hidromnion
8.
Diagnosis
1)
Anamnesis
a.
Perut lebih besar dan terasa lebih berat
dari biasa
b.
Pada yang ringan keluhan-keluhan
subyektif tidak banyak
c.
Pada yang akut dan pada pembesaran
uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan
pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati,
dan dianosis
d.
Nyeri perut karena tegangnya uterus,
mual dan muntah
e.
Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
f.
Pada proses akut dan perut besar sekali,
bisa syok, bereringat dingin dan sesak
2)
Inspeksi
a.
Kelihatan perut sangat buncit dan
tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-kadang
umbilikus mendatar
b.
Jika akut si ibu
terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa
kandungannya
3)
Palpasi
a.
Perut tegang dan nyeri tekan serta
terjadi oedema pada dinding perut valva dan tungkai
b.
Fundus uteri lebih
tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
c.
Bagian-bagian janin
sukar dikenali karena banyaknya cairan
d.
Kalau pada letak
kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali
e.
Karena bebasnya janin
bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan
letak janin
4)
Auskultasi
Denyut
jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
5)
Rontgen foto abdomen
a.
Nampak bayangan terselubung kabur karena
banyaknya cairan, kadang-kadang banyak janin tidak jelas
b.
Foto rontgen pada hidromnion berguna
untuk diagnosa dan untuk menentukan etiologi, seperti anomali kongenital
(anensefali atau gemelli)
6)
Pemeriksaan dalam
Selaput
ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his
7)
Pemeriksaan penunjang
·
Foto
rontgen (bahaya radiasi)
·
Ultrasonografi
- Banyak ahli mendefinisikan
hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi 24-25 cm pada
pemeriksaan USG.
- Dari pemeriksaan USG,
hidramnion terbagi menjadi :
Mild
hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm
dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
Moderate
hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm
dalamnya. Insiden sebesar 15%.
Severe
hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan
bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden
sebesar 5%.
Weeks gestation
|
Fetus (gr)
|
Placenta (gr)
|
Amnionic fluid (ml)
|
Fluid (%)
|
16
|
100
|
100
|
200
|
50
|
28
|
1000
|
200
|
1000
|
45
|
36
|
2500
|
400
|
900
|
24
|
40
|
3300
|
500
|
800
|
17
|
From Queenan (1991)
Diagnosa banding
·
Gemelli
(kembar)
·
Asites
(pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut)
·
Kista
ovarium
Kehamilan dengan tumor
Diagnosis :
1.
Anamnesis
2.
Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut
mengkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
3.
Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah
karena kehamilannya
4.
Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini
terjadi karena kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik
(vena) akibat uterus yang terlalu besar
5.
Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan
sesungguhnya.
6.
Bagian-bagian janin sukar dikenali.
7.
Ultrasonografi
Alasan
merujuk :
Jika
dijumpai diagnosis polihidramnion, maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah
merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya
masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.
Masalah
potensial yang akan dialami adalah:
Pada Janin :
1.
Kelainan kongenital
2.
Prematuritas
3.
Letak lintang atau tali pusat menumbung
4.
Eritroblastosis
5.
Diabetes Melitus
6.
Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba
Ibu :
1.
Solusio plasenta
2.
Atonia uteri
3.
Perdarahan postpartum
4.
Retensio palsenta
5.
Syok
6.
Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus
jadi lama dan sukar
Alur Rujukan
:
Rujukan
berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.
Tindakan
Selama Rujukan :
1.
Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini
harus dirujuk ke Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk
menganganinya.
2.
Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi
kemungkinan yang tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : bayi
lahir premature, tali pusat menumbung, syok, dll.
3.
Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4.
Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini
akan tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar
tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.
9.
Diagnosa banding
Bila
seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang
seharusnya, kemunginan:
1)
Hidramnion
2) Gemelli
3) Asites
4) Kista
ovarri
5) Kehamilan
beserta tumor
6) kehamilan
kembar
7) mola
hidatidosa
8) kandung
kemih yang penuh
10. Prognosis
Pada
janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih
50%) terutama karena :
- Kongenital
anomali
- Prematuritas
- Komplikasi
karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat
menumbung
- Eritroblastosis
- Diabetes
melitus
- Solutio
placenta jika ketuban pecah tiba-tiba
Pada
ibu:
1.
Solutio placenta
2.
Atonia uteri
3.
Perdarahan post partum
4.
Retentio placenta
5.
Syok
6.
Kesalahan-kesalahan letak janin
menyebabkan partus jadi lama dan sukar
11. Penatalaksanaan
Terapi
hidromnion dibagi dalam tiga fase:
- Waktu hamil (di
BKIA)
a. Hidromnion
ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi
simptomatis
b. Pada
hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk
istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah
sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut
tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari
dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan
dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable.
Komplikasi pungsi dapat berupa :
1)
Timbul his
2)
Trauma pada janin
3)
Terkenanya rongga-rongga dalam perut
oleh tusukan
4)
Infeksi serta syok
Bila
sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta,
maka pungsi harus dihentikan.
- Waktu partus
a.
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak,
maka sikap kita menunggu
b.
Bila keluhan hebat, seperti sesak dan
sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada
pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat,
lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
c.
Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban
tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan
deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air
ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi
solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan
post partum karena atonia uteri.
- Postpartum
a.
Harus hati-hati akan terjadinya
perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan
transfusi darah serta sediakan obat uterotonika
b.
Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk
pertolongan perdarahan post partum
c.
Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu
setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang
cukup. atau dengan
metode terbaru yaitu dengan :
v Amniosentesis
Tujuannya adalah untuk meredakan penderitaan ibu,
dan cukup efektif untuk tujuan ini. Namun amniosentesis kadang memicu
persalinan walaupun hanya sebagian kecil cairan yangdikeluarkan. Elliot dan
kawan-kawan (1994) melaporkan hasil-hasil dari 200 amniosentesis pada94 wanita
dengan hidramnion. Kausa umum adalah transfusi antar kembar (38 %), idiopatik
(26%), anomali janin (17 %) dan diabetes (12%).
Cara melakukan amniosentesis adalah dengan memasukkan
sebuah kateter plastik yangmenutupi secara erat sebuah jarum ukuran 18 melalui
dinding abdomen yang telah dianestesilokal ke dalam kantung amnion. Jarum
ditarik dan set infus intravena disambungkan ke kateter.Ujung selang yang
berlawanan diturunkan ke dalam sebuah silinder berskala yang diletakkansetinggi
lantai dan kecepatan aliran air ketuban dikendalikan dengan klem putar
sehinggadikeluarkan sekitar 500 ml/jam. Setelah sekitar 1500-2000 ml
dikeluarkan, ukuran uterus biasanya cukup berkurang sehingga kateter dapat
dikeluarkan. Dengan menggunakan teknik aseptik ketat, tindakan ini dapat
diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang bersangkutan merasanyaman. Elliott
dan kawan-kawan (1994) menggunakan penghisap di dinding dan mengeluarkan1000 ml
dalam 20 menit (50 ml/menit).
v Terapi
Indomestasin
Dalam ulasan terhadap beberapa penelitian, Kramer
dan kawan-kawan (1994) menyimpulkan bahwa indometasin mengganggu produksi
cairan paru atau meningkatkan penyerapannya,mengurangi produksi urin janin, dan
meningkatkan perpindahan cairan melalui selaput janin.Dosis yang digunakan oleh
sebagian besar peneliti berkisar dari 1,5 – 3 mg/kg/hari. Cabrol dankawan-kawan
(1987) mengobati 8 wanita dengan hidramnion idiopatik sejak usia gestasi
24-35minggu dengan indometasin selama 2-11 minggu
Hidramnion, yang didefinisikan sebagai minimal 1
kantung cairan ukuran 8 cm, membaik pada semua kasus. Tidak terjadi
efek samping serius dan hasil semua kasus baik. Kirshon dankawan-kawan (1990)
mengobati 8 wanita (3 kembar) dengan hidramnion dari minggu ke 21sampai ke 35.
Pada seluruh wanita ini, dilakukan 2 amniosintesis terapeutik sebelum
indometasindiberikan. Dari 11 janin, 3 kasus lahir mati berkaitan dengan
sindrom transfusi antar kembar dansatu neonates meninggal pada usia 3 bulan, 7
bayi sisanya normal.
Mamopoulus dan kawan-kawan (1990) mengobati 15
wanita, 11 mengidap diabetes yangmengalami hidramnion pada gestasi 25 – 32
minggu. Mereka diberi indometasin dan volumecairan amnion pada semua wanita ini
berkurang, dari rata-rata 10,7 cm pada gestasi 27 minggumenjadi 5,9 cm setelah
terapi. Hasil akhir pada seluruh neonatus baik. Kekhawatiran
utama pada penggunaan indometasin adalah kemungkinan penutupan duktusarteriosus janin. Moise dan
kawan-kawan (1988) melaporkan bahwa 50% dari 14 janin yangibunya mendapat
indometasin mengalami konstriksi duktus seperti dideteksi oleh
ultrasonografiDoppler. Studi – studi yang dijelaskan sebelumnya tidak menemukan
adanya konstriksi menetapdan penyulit ini juga belum pernah dijelaskan dalam
studi-studi yang memberikan indometasinuntuk tokolitik.
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses
berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur
fikir bagi seorang bidan dan memberikan arah/kerangka dalam mengenai kasus yang
menjadi tanggung jawabnya.
Pengertian manajemen menurut beberapa sumber:
a.
Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
Manajemen
kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b.
Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen
kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang
khusus dilakuakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu,
keluarga dan masyarakat.
c. Menurut
Helen Varney (1997)
Manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasiakan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis dalam
pengambilan keputusan berfokus kepada klien.
Menurut Hellen Varney, ia
mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 loangakah
menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam asuahn yang mandiri, kolaborasi dan melakukan rujuakan yang
tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan
gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan
perinatal dan merujuk kasus.
Praktek kebidanan telah mengalami
perluasan peran dan fungsi dari fokus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisifasi tuntutan
kebutuahan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan
reproduksi senjak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre konsepsi,
persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuahan pre dan post menopouse,
sehingga hal ini merupakan suatu tangtangan bagi bidan.
Langkah-langkah:
I.
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan klien secara keseluruhan.
II.
Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi
diagnosa atau masalah.
III.
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya.
IV.
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan
kondisi klien.
V.
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat
dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
VI.
Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang
diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan
yang tidak efektif.
Langkah-langkah dalam penatalaksnaan
pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan singkat mengenai
langkah-langkah tersebut mungkinakan lebih memperjelas proses pemikiran dalam
proses klinis yang berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada
kasus POLIHIDRAMNION.
Ketujuh langkah tersebut adalah:
Langkah I : PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Bila klien mengalami komplikasi yang
perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan, bidan perlu
melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah
awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar
atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Bidan harus mengkaji ulang data yang
sudah dikumpulkan untuk menilai ketepatan, kelengkapan dan keakuratan.
Data-data yang dikumpulkan
1. Data
subjektif
a. Biodata atau
identitas klien dan suami
-
Nama ibu/ suami :
membedakan antara pasien satu dengan yang lain
-
Umur ibu/ suami :
mengetahui faktor resiko
-
Kebangsaan :
memudahkan dalam berkomunikasi
-
Agama :
memudahkan penanganan sesuai dengan
kepercayaan pasien dan dapat memberi penyuluhan
yang tidak bertentangan dengan agama pasien
-
Pekerjaan :
mengetahi status ekonomi dan aktivitas pasien
-
Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan ibu
sehingga bisa meyesuaikan dalam pemberian penyuluhan
-
Alamat kantor :
mengetahui dimana pasien bekerja
-
Alamat rumah : mengetahui
apakah rumah ibu jauh dari tempat
pelayanan kesehatan atau tidak sehingga apabila terjadi sesuatu pada ibu, ibu
bisa langsung mendapatkan pelayanan segera.
-
Nomor telepon :
memudahkan menghubungi ibu.
b.
Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan
kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus
polihidramnion ini keluhan utama yang mungkin ditemui: Ibu mengatakan
:
- perutnya
lebih berat dan lebih besar dari biasanya
- mengeluh sesak nafas
- mual muntah
- nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya
uterus
c. Riwayat
kesehatan
-
Lalu :
mengetahui
kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, hepatitis dan TBC.
-
Sekarang : mengetahui kemungkinan ibu sedang
menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, TBC.
Yang harus
diperhatikan yaitu penyakit jantng dan diabetes melitus karena polihidramnion
sering berkaitan degan keduanya.
v Jantung
Berhubungan dengan sirkulasi darah, jika sirkulasi ibu
terganggu maka sirkulasi janin juga akan terganggu.hipotesis mentakan bahwa
janin merampas sebagian besar sirkulasi ibu sehingga megamlami hipertropi
sehingga menigkatkan pengeluaran urin pada masa neonatus dini yang
mengisyaratkan bahwa hidramnion terjadi karena peningkatan produksi urin.
v DM
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu
selama trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya
adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan
kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada
399 diabetes gestasional mencerminkan status glikemik terakhir. Yasuhi dan
kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin pada wanita
diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang menarik,
produks iurin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal
ini tidak dijumpai padawanita diabetes.
-
Keluarga : mengetahui kemungkinan dalam anggota
keluarga ada yang menderita penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat
kehamilan kembar.
d.
Riwayat menstruasi
Mengetahui
tingkat kesuburan ibu
-
Menarche : mengetahui kapan ibu haid pertama
kali
-
Siklus :
mengetahui keteraturan
haid
-
Lama :
merupakan
dalah satu indikator tingkat kesuburan ibu
-
Banyak nya : berapa kali ibu mengganti duc dalam
satu hari
-
Dismenore : mengetahui apakah ibu mengalami kesulitan
selama hamil khususnya rasa nyeri pada saat datangnya haid.
-
HPHT : mengetahui kapan ibu mulai hamil dan
menentukan usia kehamilan ibu.
-
TP :
mengetahui
tafsiran persalinan sehingga sebelum hari- H datang, ibu dan suami serta
keluarga telah mempersiapkan segala kebutuhan ibu dan bayi.
e.
Riwayat pernikahan
-
Status pernikahan :
mengetahui keadaan psikologis ibu
-
Lama pernikahan
-
Usia menikah
(mengetahui
kematangan reproduksi ibu dan kesiapan fisik, mental, emosional).
f.
Riwayat kehamilan, persalinan , nifas yang lalu.
-
Kehamilan, mengetahui
apakah ibu ada mengalami mual dan muntah, tidak nyaman diperu dan djj sulit
ditentukan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC, serta mengetahui apakah
ibu ada mendapatkan imunisasi TT.
-
Persalinan, mengetahui tempat
persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan,dan penyulit dalam persalinan.
-
Anak, mengetahui jenis kelamin,berat
badan anak.
-
Nifas , mengetahui bagaimana prses
laktasi dan apakah ada penyulit selama proses menyusui, involusi uterus serta
lochea.
g.
Riwayat kehamilan sekarang
Kemungkinan
klien merasa mual, muntah
Sesak nafas
dan tdak nyaman diperut
Gangguan
pencernaan
Oedema
Nyeri
abdomen
Ukuran
uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
(megindikasikan
trjadinya polihidramnion)
h.
Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui
apa jenis kontrasepsi yang digunakan
ibu, berapa lamanya, apa masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu,
serta apa alasan ibu untuk berhenti memakai kontrasepsi.
i.
Data psikososial dan spiritual
Mengetahui
bagaimana hubungan ibu dan suami keluarga serta tetangga, apakah lingkungan ibu
mendukung kehamilannya karena ini sangat berpengaruh terhadap mental ibu
menjalani kehamilaannya.
Mengetahui
bagaimana kebiasaan berobat klien, apakah ke nakes atau non nakes, serta
bagaimana hubungan ibu dengan Allah SWT, apakah ibu ada sholat atau tidak.
j.
Pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya
Mengetahui seberapa jauh ibu memahami dan mengetahui
tentang penyakit yang dideritanya(polihidramnion), tanda dan gejala, serta cara
mengatasinya.
k.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
v Nutrisi
-
Makan : mengetahui apa saja jenis, porsi,frekwensi,pantangan
dan masalah dalam pemenuhan makan ibu sehingga kita bsa menilai bagaimana
status nutrisi ibu.
-
Minum: mengetahui jenis, frekuensi, jumlah dan
malasalh dalam pemenuhan kebutuhan cairan sehingga kita bisa menilai
bagaimana kondisi cairan dan elektrolit
ibu aoakah tepenuhi atau tidak.
v Eliminasi
-
BAB: mengetahui frekuensi,konsistensi,warna, bau dan
masalah pada BAB ibu sehingga bidan bisa melakukan intervensi yang tepat
-
BAK: mengetahui frekwuensi, jumlah, bau dan masalah
dalam buang air kecil. Apabila ada masalah bisa dilakukan skrining lebih awal.
v Istirahat
-
Mengetahui berapa jam ibu tidur siang dan
malam,gangguan tidur serta masalah sehingga bidan bisa mengeathui bagaimana
pola pemenuhan istirahat pasien : kemungkinan ditemukan: pasien mengalami gangguan tidur
dan masalah tidak nyaman
v Personal
higiene
-
Mengetahui berapa kali ibu mandi sehari, keramas,
menggosok gigi,ganti pakaian ibu serta masalh.
v Aktifitas
Mengetahui
denagn adanya olihidramnion ini apakah ibu masih dapat melaukan aktifitas seperti
biasa atau tidak.
2. DATA
OBJEKTIF
Data
dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a.
Pemeriksaan umum
Secara
teoritis mungkin ditemukan dalam keadaan baik.
-
Keadaan umum :
mengetahui
apakah ibu bisa bekerja sama dengan tenaga kesehatan atau tidak.
-
TTV(TD,N,P,S) :
mengetahui
keadaan ibu dalam batas normal atau tidak
-
TB, BB, LILA :
mengetahui
kebutuhan gizi ibu
b.
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan
yang dilakukan secara head to too.
-
Inspeksi (periksa
pandang)
Yang dinilai
adalah bentuk tubuh normal.
·
Kepala, apakah ada
massa atau tidak,bagaimana kebersihannya,warna rambut, distribusi
rambut.
·
Muka, simetris
atau tidak, apakah ada closmagravidarum,warna serta oedema.
·
Mata , menilai
bagaimana kedaan conjunktiva,sklera,serta oedema palpebra.
·
Hidung, menilai bagaimana bentuk dan kebersihannya.
·
Telinga,menilai bagaimana bentuk,pendengaran dan
pengeluarannya.
·
Mulut, menilai
bagaimana keadaan bibir, lidah, gusi seta
gigi apakah ada caries.
·
Leher,pemeriksaan kalenjer tiriod dan limfe serta vena
jugularis.
·
Payudara/dada, menilai bentuk payudara,apakah ada
bekas OP, papilla mammae menonjol atau tidak,apakah areola mammae
hiper[igmentasi, masaa ada atau tidak, masalah.
·
Abdomen, menilai bagaimana pembesaran perut(apakah
sesuai usia kehamilan atau tidak), dari kasus
polihidramniomn ini ditemukan pembesaran perut tidak sesuai dengan umur
kehamilan,kelihatan perut sangat buncit dan tegang,kulit perut berkilat,
retak-retak kulit jelas,kadang-kadang umbilikus mendatar.Menilai apakah ada
bekas OP , beraa TFU, serta menilai apakah ada masalah pada abdomen ibu. Dalam kasus polihidramnion ini kemungkinan
ibu mengeluh bahwa ada masalah pada perutnya yaitu perutnya lebih berat dan
lebih besar dari biasanya,nyeri tekan karena tegangnya uterus serta adanya
oedema pada abdomen.
Ektremitasbawah/atas,
menilai bagaimana bentuk tungkai, apakagh ada varises, oedema serta reflek
patella.Dari kasus hidramnion ini
ditemukan ada oedema.
Genitalia
eksterna,menilai bagaimana kebersihannya, apakah ada varises pengeluaran,
masalah serta oedema. Pada kasus
hidramnion ini ditemukan adanya oedema pada vulva.
-
Palpasi(periksa raba)
Menggunakan cara leopold,kemungkinan hasil
yang didapatkan:
Perut teraba tegang serta terjadi oedema pada dinding
perut
Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan
sesungguhnya
Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya
cairan
Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak
tertafsir maka terjadi kesalahan-kesalahan letak janin.
-
Auskultasi
Kemungkinan
djj sukar didengar/ terdengar halus.
-
Perkusi, reflek paella positif ki/ka
c.
Pemeriksaan dalam
Selaput
ketuban teraba menonjol meskipun diluar his.
d.
Pemeriksaan penunjang
-
Laboratorium :
HB, protein urin, reduksi.
-
USG :
nampak bayangan terselubung kabut karena banyaknya cairan, kadang bayangan
janin tidak jelas.
LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR
Pada langkah ini, bidan melakukan
identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat
terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Perasaan takut tidak termasuk dalam
kategori nomenklatur standar diagnosis tetapi akan menciptakan masalah yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan rencana untuk mengurangi rasa
takut.
Diagnosisi kebidanan adalah diagnosa
yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis
kebidanan:
1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktik
kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh Clinical Judgement dalam
praktik kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan
penatalaksanaan kebidanan.
Berdasarkan kasus polihidramnion, maka kemungkinan
interpretasi datayang timbul adalah:
- Diagnosa
Ibu
hamil/tidak G..P..A..H..gravid....minggu, janin hidup/tidak ,tunggal/kembar intrauterin/ ekstrauterin,let-kep / let-su,
pu-ka / pu-ki, keadaan jalan lahir normal/ tidak, KU ibu dan janin baik/tidak,
dengan polihidramnion.
Dasar
Data
subjektif
-
HPHT,plano-Test (+),adanya gerakan janin yang
dirasakan ibu
-
Ibu mengatakan hamil.....bulan
-
Ibu mengatakan tidak datang haid sejak....
-
Ibu mengatakan ini anak ke....
-
Ibu mengatakan perutnya lebih besar dan berat dari
biasanya
-
Ibu mengatakan mual muntah
-
Ibu mengatakan sesak nafas dan nyeri pada ulu hati
serta perut karena tegangnya uterus.